Gandeva : Untuk Masalah Security Kakao Talk Lebih Secure daripada Telegram dan LINE

Pada hari Selasa 18 Juli 2017 saya berkesempatan untuk mewawacarai pakar cybersecurity dan dosen Telkom University ternama yaitu Pak Gandeva. Beliau dan saya lumayan dekat dan pernah satu proyek bareng untuk build aplikasi yang lumayan terbarukan untuk masa depan IoT(Internet of Things). Pak Gandeva sekarang sedang menempuh studi Doktor nya di Kumoh University Korea Selatan dan kebetulan pernah menulis tiga buah paper mengenai perbandingan kemanan aplikasi chat antara Line, Kakao dan Telegram.

Akhir — akhir ini netizen heboh dengan berita diblokirnya Aplikasi Chat Telegram oleh Kemkominfo, Mau tahu bagaimana pandangan Pak Gandeva mengenai berita diblokirnya Telegram ? mari kita simak lebih lanjut.

Adakah bapak pernah membuat karya ilmiah mengenai social messanger?

Secara hati nurani sebenernya saya suka dengan dunia digital forensics, dan awalnya karya-karya ilmiah saya bicara tentang digital forensics di Android OS. Ada 3 paper saya yg sudah publish di IEEEexplore

Telegram
http://ieeexplore.ieee.org/abstract/document/7910263/?reload=true

Line
http://ieeexplore.ieee.org/abstract/document/7814959/

Private Chat
http://ieeexplore.ieee.org/abstract/document/7537064/

Namun, project S3 saya disini agak sedikit berbeda lebih kearah Security for Next Generation Network (atau kita bakal sebut 5G).

Apa sih konsiderasi bapak dalam memilih aplikasi chat ?

Alasan pertama ialah untuk group dosen dan researcher alasan kedua untuk diobok-obok alias riset. Alasan kedua tersebut saya ingin membuktikan manakah yg secure dan aman tentunya paper saya yg di Vienna menjelaskan chat manakah yang aman menurut saya.

Android forensics analysis: Private chat on social messenger

Bagaimana pendapat bapak mengenai pemblokiran Telegram oleh pemerintah akhir akhir ini ?

secara aturan cyberlaw, kita memang bisa melakukan 2 cara yaitu putus koneksi dengan server (alias major) dan blocking number by user (alias minor) kalo secara global, alias major, agak kurang tepat juga sih

lah wong saya gak salah kenapa ikut di block jg?

memang cyber-terorism fatal, sesuai apa yg saya tulis di paper tersebut (bagian Introduction), but hendaknya lebih dilakukan secara hati-hati.

singkat kata… lebay 🙂 !!!

Apakah ada apps lain selain Telegram yg juga secure untuk komunikasi private chat ?

di paper saya konklusinya adalah KAKAO TALK is the MOST SECURE hehe(untuk saat itu ya yaitu July 2016 pada saat paper itu published)

memang, secara “forensically sound manner”, kita harus ada izin investigasi dahulu sebelum bertindak sesuai dengan cyberlaw yg berlaku pada negara tersebut.

Menurut bapak ada ga sih badan khusus untuk cybercrime dibawah negara ?

ada Kemkominfo dan ditjen APTIKA

Terakhir nih pak adakah solusi lebih smooth daripada pemblokiran Telegram secara makro tersebut pak ? Blokir user nya / user chat yg terdaftar / dll

Blokir usernya saja, jangan blok seluruh Telegram user di Indonesia dan harus bareng dengan kominfo dan polri tentunya. Kita harus menggandeng white-hat sih intinya untuk mengamankan cyber Indonesia, kita butuh mereka. Harus ada satu secret army dibawah menhan, menkominfo dan polri.

Kita bisa kok sejajar dengan US UK da EUR White hat kita gak kalah banding kok

tapi semua ini kita dapat klarifikasi kembali ke Kominfo sendiri, mungkin saya bisa kasih rujukan ke Pak Josua Sitompul (Bang Jo) di ditjen APTIKA, Kemkominfo, Jakarta Pusat.